Sabtu, 31 Januari 2009

Obat Diabetes Lini Pertama generik

Oleh IRWAN JULIANTO
http://www.kompas.co.id/kompas-cetak/0704/18/utama/3464224.htm
========================

Berbeda dengan aspirin yang ketika tahun 1999 dirayakan secara meriah
seabad penemuannya, lima puluh tahun penggunaan metformin untuk
pengobatan penyakit diabetes melitus (DM) tipe 2 diperingati di
seluruh dunia—termasuk di Indonesia—dengan lebih hati-hati. Pasalnya,
aspirin adalah obat bebas, sedangkan metformin adalah obat yang harus
diresepkan dokter (ethical drug).

Tergantung pada tipenya, DM dapat dikontrol dengan berolahraga,
perubahan gaya hidup, berdiet, dan diobati dengan suntikan insulin
dan/atau obat oral, di antaranya adalah metformin. Metformin diekstrak
dari tanaman lilac Perancis (Galega officinalis), tanaman yang dikenal
selama beberapa abad dapat mengurangi gejala DM. Sintesis metformin
dilakukan oleh Jean Sterne, farmakolog Perancis pada pertengahan 1950-an.

Metformin digunakan dalam uji klinis besar-besaran di Eropa dan
dipublikasikan dalam jurnal ilmiah pada tahun 1957. Obat ini tidak
memperoleh persetujuan dari FDA Amerika Serikat sampai tahun 1994. Di
AS, metformin (Glucophage) mulai dipasarkan pada 3 Maret 1995 oleh
Bristol-Myers Squibb yang mendapat lisensi dari Merck, Jerman. Kini
Glucophage dan obat-obat generik metformin justru paling banyak
diresepkan di AS untuk mengatasi DM tipe 2. Apalagi setelah beberapa
studi besar seperti United Kingdom Prospective Diabetes Study (UKPDS)
yang berlangsung selama 20 tahun (1977-1997) menunjukkan bahwa
metformin meningkatkan kesintasan (survival) pasien DM tipe 2.

Jenis-jenis DM

Diabetes atau penyakit kencing manis merupakan kelainan sekresi
insulin oleh sel beta pankreas. Ada tiga jenis DM, yaitu insulin
dependent type atau DM tipe 1, non-insulin dependent type atau DM tipe
2, dan malnutrition related diabetes mellitus.

Pada DM tipe 1, pankreas mengalami kerusakan sehingga tidak dapat lagi
mensekresi hormon insulin. Karena itu, terapinya hanya insulin.
Sedangkan pada DM tipe 2, awalnya justru ditandai dengan produksi
insulin yang berlebih (hiperinsulinemia), kemudian disusul dengan
kadar glukosa darah yang tinggi (hiperglikemia), yang terjadi akibat
defisiensi dan resistensi insulin. Kemampuan sel-sel beta pankreas
berkurang bahkan rusak sehingga pasien mulai mengalami diabetes dengan
gejala-gejala yang khas, seperti banyak makan (polifagia), banyak
minum (polidipsia), dan banyak kencing (poliuria).

Mulai jangkiti anak-anak

DM dapat menimbulkan berbagai komplikasi fatal apabila tidak segera
ditangani secara tepat. DM tipe 2 semula terjadi pada orang-orang
dewasa (adult onset) akibat perubahan gaya hidup, berkurangnya
kegiatan jasmani, dan jenis makanan/minuman serba fast food dan soft
drink. Namun, satu dekade tera- khir, menurut Dr Norman Chan, Direktur
Klinis Pusat Diabetes Qualigenics Hongkong yang berbicara di Jakarta
hari Minggu lalu, DM tipe 2 sudah mulai menjangkiti anak-anak dan
remaja Asia.

Saat ini terjadi peningkatan prevalensi DM tipe 2 dan obesitas di
seluruh dunia. Risiko kematian penderita DM lebih besar empat-lima
kali dibanding orang yang nondiabetik, berupa penyakit jantung koroner
dan gagal ginjal. DM juga menyebabkan kecacatan, seperti kebutaan
akibat komplikasi retinopati dan pasien harus menjalani amputasi
tungkai kaki.

Menurut Ketua Umum Persatuan Diabetes Indonesia (Persadia) Prof
Sidartawan Soegondo, perlu ada upaya edukasi massal agar diabetes
tidak semakin banyak menjangkiti masyarakat Indonesia.

Baik Dr Norman Chan maupun Prof Sidartawan sepakat bahwa metformin
patut direkomendasikan sebagai obat lini pertama bagi pasien DM tipe 2.

Kendati memiliki banyak kelebihan, tak urung metformin juga diketahui
menimbulkan beberapa efek samping, walaupun relatif jarang terjadi,
seperti diare, mual, dan asidosis laktat (lactic acidosis) atau
terbentuknya asam laktat di dalam darah, yang terjadi pada orang-orang
dengan gangguan ginjal. Menurut Dr Chan, efek samping yang terakhir
ini amat jarang dijumpai, hanya 1 per 100.000 pasien.

Ia mengatakan, selain mengontrol kadar gula darah, metformin juga
menurunkan berat badan pasien DM yang kegemukan serta mengurangi
risiko penyumbatan pembuluh darah.

Tak heran jika selain Merck, banyak perusahaan memproduksi generik
metformin. Di Indonesia tak kurang dari 12 obat generik bermerek
mengandung metformin. Ini sejalan dengan kata pepatah: ada gula, ada
semut. Ada kencing manis, ada aneka merek obatnya.

[Forum-Pembaca-KOMPAS] Obat Diabetes Lini Pertama Agus Hamonangan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar