Kamis, 22 Januari 2009

DIABETES MASIH BOLEH MAKAN ENAK KOQ



MENGIDAP penyakit diabetes mellitus bukanlah berarti kiamat dalam kehidupan Anda. Meskipun tidak dapat sembuh, penderita diabetes (diabetesi ) sebenarnya tetap dapat menikmati hidup secara normal termasuk mengonsumsi berbagai jenis makanan, kendati harus disesuaikan kebutuhan kalori.

Menurut Prof. Slamet Suryono MD, Ketua Pusat Penelitian Diabetes dan Lemak RSCM/FKUI, dahulu sempat berkembang mitos bahwa hidup dengan penyakit diabetes merupakan suatu penderitaan yang menyiksa.

Penderita biasanya harus menjalani diet ketat dengan pantangan makanan manis. Gula dan bumbu pada makanan juga dihindari, sehingga kerap kali menu untuk diabetesi sering berbeda. Mitos-mitos tersebut, kata Prof Slamet, tidaklah berlaku karena penderita diabetes sebenarnya dapat mengonsumsi makanan apapun, kendati porsinya harus tetap diperhatikan.

"Dulu, ada mitos diabetesi tak boleh makan enak. Harus makan kentang, tak boleh menyentuh gula, makan terpisah dari keluarga. Tidak demikian lagi sekarang, semua dibolehkan tetapi dengan takaran tertentu," ungkap Prof. Slamet.

Pada prinsipnya, lanjut mantan Presiden Federasi Perkumpulan Endokrinologi ASEAN ini, pengidap diabetes dapat hidup normal asalkan mau menjalani empat modalitas utama yang tak dapat dipisahkan. Empat modalitas tersebut adalah mengikuti penyuluhan agar paham dan mandiri mengatasi diabetes, mengatur pola makan, melakukan olahraga teratur dan terapi obat-obatan.

Seorang diabetesi, ujar Prof Slamet, bahkan sebenarnya tidak memerlukan obat-obatan bila ia mampu disiplin memantau kadar gula darahnya dan mengontrol melalui pengaturan makan dan olahraga teratur.

"Obat-obatan itu adalah modalitas yang terakhir. Baru diperlukan bila gagal dengan pengaturan makan dan olahraga. Yang harus diingat pula, obat-obatan tidak untuk menggantikan pengaturan makanan dan olahraga teratur," ujar Prof Slamet.

Ia meyakinkan, bila dilakukan secara disiplin, benar dan teratur, upaya diet dan olahraga saja sebenarnya sudah mampu menurunkan kadar gula darah secara signifikan pada penderita diabetes.

"Pokoknya bila diet dan olahraga dilakukan secara ketat dan baik, gula darah pasien akan menurun dalam dua minggu. Dalam dua pekan sudah kelihatan, lebih lama lagi lebih baik. Jadi yang diperlukan adalah konsistensi," tegasnya.

Dengan terapi obat, gula darah penderita memang dapat diturunkan lebih cepat ketimbang pengaturan makan dan olahraga. Tetapi yang biasanya kemudian terjadi adalah mereka menjadi ketergantungan terhadap obat.

"Memang kalo ingin cepat ya dengan obat, tetapi berarti itu melompat ke modalitas keempat, sedangkan nomor satu dua dan tiganya dilupakan. Yang akan terjadi adalah pasien menjadi dependent terhadap obat. Ini tentu kurang baik," paparnya.

Supaya pengaturan makan dan upaya olahraga menjadi efektif, Prof Slamet memiliki tip-tip yang dapat dilakukan para diabetesi. Berikut adalah tip-tipnya :

- Jaga nafsu makan
- Usahakan porsi tersebar dalam sehari supaya kadar gula darah tidak terlalu berfluktuasi
- Bagilah porsi makanan menjadi 3 porsi besar dan 3 porsi kecil.
- Makan sebelum lapar dan berhenti sebelum kenyang.
- Teratur dalam jumlah, jenis dan jadwal
- Lebih banyak menu buah-buahan dan sayuran
- Gerak badan atau olahraga secara teratur minimal selama 30 menit 3 atau 4 kali seminggu.
- Pilih olaharga yang sesuai. Jalan kaki atau berenang relatif lebih baik.


-------------------------------------------------------------------------

Mau berbagi pada teman yang mungkin juga mengdap diabetes. Saya salah seorang penderitanya. Tahun 2007 Agustus kemaren, rasanya seperti langit runtuh saat dokter memvonis saya diabetes dengan kadar sampai 600. Pada umur 31, saya positif menderita diabetes. Apa yang salah pada saya? Tidak ada. Saya tergolong orang yang makan sedikit dan olah raga teratur. Saya ke gym minimal 3 kali seminggu.

Mulanya, saya sakit sekitar Juli 2007. Sakitnya aneh menurut saya. Makan saya jadi kuat, dan minum juga cukup banyak. Satu galon Aqua, saya bisa habiskan dalam waktu 2 hari saja. Ini aneh. Mulut saya suka kering dan kalau malam, suka terbangun untuk kencing. Kemudian, bila siang hari, sekitar pukul 3 siang, rasanya berkunang-kunang. Badan luar biasa lelah, sehingga saya banyak tidur.

Saya ke dokter umum. Tidak ditemukan penyakit apapun. Diberi beraneka macam vitamin dan antibiotik. Saya makan obat sesuai resep dokter. Tidak ada perubahan. Saya ke dokter spisialis penyakit dalam. Dokter memeriksa dengan alat scan, jantung, ginjal, limpah dan hati. Semuanya dalam kondisi yang sangat bagus. Karena saya rajin olahraga. Hingga akhirnya dokter yang juga tak habis pikir, memutuskan untuk melakukan tes sederhana pada darah saya. Tangan saya ditusuk dengan jarum, lalau darahnya dilekatkan ke lakmus yang terhubung ke alat ukur. Dokter terbelalak ngeri. Saya apalagi. Lemas luar biasa.... sampai pulang ke rumahpun saya seperti tidak ada tenaga sama sekali.

Apa yang menyebabkan diabetes saya?....

Itu pertanyaan yang saya ajukan ke dokter.

Dokter mananyakan pola makan dan pola hidup saya. Saya ceritakan, saya kerja di toko sendiri. Berolahraga rutin. Fitnes, dan makan juga tidak banyak. Dokter menanyakan riwayat keluarga. Ayah Ibu saya pengidap diabetes. Nah, disitu dia. Saya belum puas, saya tanyakan lagi, 'Mengapa pada usia masih 31 tahun sudah bisa muncul? Bukankah ini masih terlalu belia?"

Dokter menjelaskan. Bahkan pada usia bayi pun sekarang banyak kasus diabetes yang tidak diketahui. Kemudian dokter menebak, setelah menanyakan berapa orang saya sekeluarga. Dan dokter menebak, bahwa saudara-saudara saya pasti berbadan besar semua.... dan ini sangat benar. Saya termasuk yang berukuran sedang, dengan tinggi 175 berat waktu itu 85 kg. Tinggi besar bagi orang lain, tapi di keluarga saya masih ada yang lebih besar dari saya. Bahkan, untuk laki-laki, saya termasuk yang paling kurus... yang lain ada yang 90 - 100 kg. Hal ini karena, pada orang yang berbakat diabetes, kadar gula dalam darah cenderung tinggi. Walaupun belum menjadi diabetes, tapi bila ada faktor genetik, gula darah ini akan diubah menjadi lemak, sehingga badan cenderung membesar.

Saya masih tidak puas. Saya tanyakan lagi. Apa pemicunya? sehingga bisa muncul di saat ini. Dan, dari konsultasi dengan dokter, diduga keras, akibat stres hebat yang saya alami pada saat itu. Memang saya akui saat itu saya sangat susah. Saya masih tinggal bersama kakak, belum kaya sekarang saya tinggal sendiri. Kemudian ada pergantian suasana dari kehidupan mapan di pekerjaan dulu menjadi wiraswasta seperti sekarang. kemudian ada masalah dengan kakak dan abang. Biasalah masalah abang beradik. Yang akhirnya, saya sempat marah besar sebelum saya jatuh sakit.

Pencetusnya adalah stress hebat pada kasus saya. Genetik bawaan yang sudah tidak bisa ditolak. Hanya bisa disiasati dengan pola makan dan pola hidup. Terus terang saya tidak tahu harus bagaimana. Dokter mengukur berat badan saya dan tinggi. Kemudian dokter menyarankan saya diet. Tidak diberi tahu diet bagaimana. Tapi dokter menyarankan diet rendah kalori. Jadi yang harus saya hindari saat itu adalah karbohidrat.

Beberapa majalah kesehatan saya beli untuk mencari info sehat. Saya juga tanya om google. Saya ingin tahu semua tentang diabetes, dari a sampai z. saya beli buku South Beach Diet. Diet Pantai selatan. Yang cock dengan saya, saya kira. Karena inti dietnya adalah mengurasi asupan karbohidrat.

Bagaimana diet yang saya lakukan. Saya berhenti mengkonsumsi nasi.... Roti juga tidak. Menghindari terigu. Tapi memilih gandum utuh. Kemudian, saya ganti nasi dengan asupan lain, misal tahu, tempe, pisang, singkong rebus, jagung, kentang bakar dan talas. Itu yang saya makan sehari hari, sebagai asupan karbohidrat pengganti nasi dan terigu.

Mengapa bahan-bahan karbohidrat yang saya sebut diatas diperbolehkan, daripada nasi? Karena, tubuh tetap butuh karbohidrat. Kondisi orang diabetes adalah, sebuah kondisi dimana pankreas terdapat kelaian. Sehingga kerja Insulin yang dihasilkan pankreas sedikit ngaco. Insulin tidak sanggup mengatur kadar guda dalam darah, sehingga darah teracuni gula. Bila kondisi ini terlambat diketahui, akibatnya bisa konflikasi kemana-mana, terutama lever dan ginjal juga jantung.

Lalu, bahan-bahan makanan diatas dipilih sebagai pengganti nasi, karena dibandingkan nasi dan terigu, bahan-bahan tersebut lebih susah diserap tubuh. Artinya jenis karbohidratnya jelek. Sehingga, proses metabolisme tubuh akan tetap membuang makanan yang kita makan, bila waktu pencerapannya sudah habis. Dan ini berarti asupan tersebut tidak semuanya dapat diserap tubuh.

Sepuluh hari saya jalani diet seperti itu. Saya terbisa makan pecel, gado-gado dan tahu goreng, sebagai pengganti makan nasi. Dengan catatan, bumbu/saos dari pecel, gado gado dan tahu goreng tidak saya konsumsi. Sedikit saja untuk perasa sayur sayuran. Hasilnya, dalam sepuluh hari, kadar gula saya turun dari 600 ke 140.... Dokter sampai menyalami saya. Menanyakan banyak hal sehubungan diet saya. Berat badan saya juga turun, sampai sekarang stabil di kisaran 75 - 80 kg. Dan dokter menyarankan, tidak diturunkan lagi. Batas berat badan saya 75 kg. Karena menurut dia, orang yang terkena diabetes sukar untuk gemuk lagi. Biasanya badan menyusut kering. Kalau bisa manaikkan bobot tubuh, itu tandap tanda kesembuhan.

Dan, jujur... tidak ada penyessalan bagi saya akhirnya. Badai sudah saya lewati. Saya menikmati hidup sekarang. Dengan sehat. Saya juga masih bisa minum kopi, sehari maskimal dua gelas. Tanpa gula Tropicana slim. Saya pakai gula biasa. karena saya tidak mengkonsumsi karbohidrat dari nasi sama sekali selama seminggu. Di hari minggu baru saya makan nasi, dan puas-puaskan selera makan saya. Apapun saya makan, tapi dalam porsi yang pasti lebih sedikit dari teman-teman yang ngajak saya makan.

Satu lagi yang membuat saya bahagia.... saya bersyukur mengetahui adanya kelainan pankreas ini pada saya pada umur segini. Bagaimana bila saya baru tahu saya pengidap diabetes di umur yang lebih tinggi? Misal di kisaran umur 40 - 50 tahun. Apa yang dapat saya lakukan pada usia tersebut? Bukankah sudah terlambat? Dari sekarang saya tahu kelemahan badan saya. Saya bisa menentukan kemana kesehatan saya. Dan saya bersyukur untuk itu. Saya bisa lebih disiplin dari orang lain. Terkadang bahkan sampai makan malam saya ganti dengan setengah buah semangga tanpa biji ukuran sekitar 4 kg. Atau dengan sesisir pisang.

Buang air besar saya lumayan lancar. karena saya banyak mengkonsumsi sayuran dan buah. Serta daging tentunya. Saya hampir tidak pernah makan obat diabetes lagi. Kecuali pada undangan pesta atau ada acara keluarga yang menuntut untuk melonggarkan sedikit ikat pinggang. Saat saat seperti itu saya makan obat untuk antisipasi. sehari-hari, no way.....

Bagaimana dengan gula? Sebenarnya tidak baik mengkonsumsi gula palsu atau yang dikenal dengan aspartam atau bahan sintetik apa. Pemanis buatan itu. Karena itu memperberat kerja ginjal. Yang sudah lemah bagi kebanyakan penderita diabetes. Saya jadi tahu, bagaimana nikmatnya minum kopi ekpresso dengan tingkat kepahitan yang tinggi. Ini suatu berkah. Bukan malapetaka.

Bahkan penyakitpun ada hikmahnya.... tergantung bagaimana kita menyikapi apa yang menimpa kita. Kalau pesimis, yah semakin parah. kalau optimis, mau berusaha... dari berpikir sehat saja, sudah tercapai sehat 10 persen.... selebihnya datang dari disiplin.

Semoga bagi teman yang ada anggota keluarganya yang menderita diabetes juga tidak berkecil hati. Ada rahasia dibalik ini, yang kita saja yang belum berhasil memecahkannya..... saya percaya itu.

Lalu ada rumour tentang kualitas sex.... saya buktikan sendiri, setelah gula darah saya normal sampai sekitar 100 - 120.... kemampuan itu sangat prima. Paling prima seumur hidup saya.... wakakakakaka

3 komentar:

  1. info yang meyakinkan dan sangat bermanfaat

    BalasHapus
  2. Nanya mas, pada saat gula darahnya 600 itu, minum obat diabetes dari dokter, atau cuma full diet saja ?

    BalasHapus
  3. Nanya mas, pada saat gula darahnya 600 itu, minum obat diabetes dari dokter, atau cuma full diet saja ?

    BalasHapus